Jurnal: Mendiang Dinar dan Bab Cerita Komik Shincan yang Hilang 

Entah sebuah kebetulan atau tidak, saya menemukan buku Komik Sinchan terselip di salah satu lemari saat saya sedang merapikan rumah. 

Saat ditemukan buku komik Anime Jepang yang populer diera tahun 90an yang dibuat versi film animasi, ditayangkan di salah satu televisi nasional itu, sudah tampak usang.

Sampul dan warna kertas komik Sinchan itu nyaris pudar. Bahkan hampir sebagian kertas komik sudah rusak dimakan rayap, karena termakan usia. 

Baca juga: Ini Penjelasan Disperindag Lebak Soal Rertibusi PKL di Pasar Subuh

Melihat komik Sinchan, mengingatkan saya kembali pada mendiang anak sulung saya Dinar Ganika Malpiana yang wafat pada 10 April tahun 2022 silam. 

Komik Sinchan ibarat lentera bagi kami berdua, saya dan Dinar. Sebab, selama ini, Komik Sincha menjadi pelipur lara saat kami dalam keadaan gabut menunggu waktu istri saya datang bekerja.

Sejak kecil mendiang sangat aktif dalam bersosialisasi. Bahkan sejak duduk di bangku sekolah dasar, dia sudah banyak meraih prestasi sebagai atlet sepatu roda tingkat Provinsi Banten.

Mendiang Dinar Ganika Malpiana lahir pada 17 Maret 2008, bulan lahirnya sama dengan ibunya. Saat Dinar masih kecil, ia selalu diasuh bibinya. Maklum, istri saya Heni Heriyanti adalah wanita karier bekerja di salah satu dealer motor di Kota Rangkasbitung.

Bahkan terkadang di hari Minggu mendiang Dinar diasuh bibinya saat saya ada kegiatan peliputan. Saya sendiri berprofesi sebagai wartawan. Hari Minggu juga istri saya terkadang kerap mendapat jatah lembur. Namun saat saya tidak memiliki kegiatan peliputan. Maka mengasuh Dinar menjadi tugas saya.

Sejak kecil tipikal mendiang Dinar memang cenderung sosok yang pendiam, ia tak banyak bicara. Ia hanya berbicara ketika ada hal-hal yang penting saja. Bisa disebut anak sulung saya ini Introvert.

Karena orangnya pendiam, maka saya sendiri yang lebih aktif mengajak dia untuk berkomunikasi. Hal kecil sampai tak penting pun selalu saya tanyakan pada dia. 

Untuk mengisi waktu bersama, saya kerap mengajaknya bersepeda bersama. Selepas lelah bersepeda, saya selalu menyempatkan diri ke rumah orangtua saya yang merupakan nenek dari mendiang Dinar putra sulung saya.

Untuk menghibur dan menghidupkan suasana, saya kerap membacakan cerita Komik Sinchan kepada mendiang. Dinar  memang sangat suka dengan karakter yang ada dalam Komik Sinchan. Saking asiknya mendengarkan Komik Sinchan Dinar sampai tidur lelap.

“Ayah, Sinchan itu nakal, tapi orangnya cerdas yah.? Sinchan itu orang Jepang kan yah,” tanya Dinar.

“Ayah rumah-rumah di Jepang enak ya yah.? Mau loh Dinar kesana,” celoteh Dinar kepada saya.

“Kalau Dinar mau ke Jepang dari sekarang harus belajar yang giat. Harus pinter. Jangan kan ke Jepang keliling dunia juga dinas bisa kok,” jawab saya.

Kenapa saya mengenalkan buku, dan bercerita atau story talling ke anak saya tujuannya agar diusianya saat itu ia mampu memiliki ruang imajinasi.

Di sekolah tingkat kanak-kanak (TK). Dinar memang sosok yang menonjol, walaupun pendiam dia sangat mudah bergaul. Terbukti banyak teman disekelilingnya, dia juga cukup Flamboyan.

Hal yang menarik, ibunya sempat bercerita pada saya. “Yah, pas Ibu buka tas Dinar ada surat loh dari temennya cewe, isi suratnya lucu loh,” kata dia.

“Isi surat nya apa bu,?” tanya saya

“Pasti soal cinta monyet yah,” jawab saya.

Waktu pun bergerak cepat. Mendiang Dinar mendapat anugerah adik laki-laki diberinama Nizam Malpiana. Saat adiknya hadir ke dunia, mendiang Dinar sangat senang. Bahkan Dinar sendiri yang memberikan nama Nizam pada adik laki-lakinya itu, 

“Asik Kaka punya adik baru,” seloroh Dinar dengan rasa bahagia.

Empat tahun berselang, kami dianugerahi anak ketiga perempuan yang diberi nama Putri Kinar Malpiana yang cantik. Kedua kakanya, mendiang Dinar dan Nizam sangat senang dengan kehadiran adik perempuannya itu. 

Baca juga: Girang dapat CSR, Dispora Lebak Gercep Garap Lahan Softball, Sekarang Mangkrak

Saat Putri menginjak usia 3 tahun, kami kembali diberi anugerah anak ke empat perempuan sebagai pelengkap. Anak ketiga kami diberi nama Kinan Dira Malpiana. 

Disaat kelahiran anak ke empat ini, Dinar sempat bertanya kepada saya. “Ayah kenapa kok kaka dibelakang nya ngga ada nama Malpiana seperti adik-adik yang lain,” tanya dia.

Pertanyaan itu tak disengaja di dengar ibunya. Lantas ibunya pun langsung menjawab. “Kaka juga sama, kan Ganika itu Gabungan antara nama Galuh dan Heni,” jawab ibu. 

“Oh begitu ya Bu, kirain Kaka ngga ada nama belakang ayah Malpiana,” kata Dinar. 

“Malah Dinar lebih spesial, namanya ada ibu sama ayah,” sambung ibunya.

Sosok penyayang 

Dinar sendiri merupakan sosok penyayang, hampir semua adik perempuannya ia perlakuan dengan kasih sayang sepenuh hati. Berbeda dengan adik laki-lakinya Nizam, namanya juga anak laki-laki pastinya ada saja perselisihan.

Dinar selepas lulus sekolah lanjutan pertama, berkeinginan masuk ke sekolah kejuruan. Karena memang ia memiliki ketertarikan soal Informasi Teknologi (IT). Bahkan, saya sendiri yang gagap teknologi atau gaptek selalu meminta bantuan kepada mendiang. 

Waktu terus berlalu, mendiang Dinar kini berusia menginjak remaja. Tipikalnya masih sama, dia tetap pendiam. Dinar masuk sekolah tingkat lanjutan pertama. Namun karena saat itu sekitar tahun 2019 Indonesia dilanda Covid-19, maka proses pembelajaran dilaksanakan dirumah melalui proses daring tidak tatap muka. 

Mendiang Dinar baru bisa mengenakan pakaian seragam putih biru, ketika pemerintah melonggarkan pembatasan aktivitas diluar rumah. Dinar mulai bisa bersekolah secara tatap muka pada tahun 2021.

Dinar sendiri memiliki motor warisan dari kakeknya. Ia sangat sayang terhadap motor pemberian kakek nya itu, motornua itu ia rawat dengan baik.

Bulan Ramadan tiba, tidak ada firasat apapun saat itu, baik dari saya maupun istri saya. Mendiang Dinar yang sangat getol puasa, pada Minggu 9 April 2022, sempat pamit kepada ibunya menghadiri acara buka bersama atau bukber bersama teman alumninya di sekolah dasar. 

Saat pergi bukber, mendiang Dinar tak membawa sepeda motor kesayangan. Sepulang acara bukber, Dinar kemudian pamit bermain bersama temannya di sekitar komplek. 

Namun, tanpa sepengetahuan saya dan istri, Dinar pergi main keluar dengan membawa sepeda motor miliknya. Selang beberapa waktu, seperti disambar petir kami mendapat telepon dari temannya bahwa mending Dinar mengalami kecelakaan.

Baca juga: Keistimewaan Ikhlas dalam Akulturasi Psikologis

Dinar sempat dibawa ke IGD mendapatkan perawatan. Namun, kehendak Tuhan berkata lain, nyawa Dinar tidak bisa terselamatkan anak sulung ku telah meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya.

Aku sadar, sesungguhnya hidup kita itu ada dalam kendali Tuhan. Sekuat-kuat kuatnya kita mengengam, jika Tuhan berkehendak maka lepaslah genggaman itu. 

Ini sudah takdir, saya sudah ikhlas. Semoga anak ku Dinar Ganika Malpiana ditempatkan ditempat yang layak diisi Allah SWT. Tempat mu di surga anakku. Ayah dan Ibu sayang kamu. Kelak kita akan bertemu di kehidupan lain yang layak di akhirat nanti. 

Kebaikan Dinar terjawab di dunia, saya terharu, makan Dinar selalu dikunjungi teman-teman untuk berjiarah kubur. Kamu sekarang sudah tidak ada di dunia Pana ini, namun nama mu akan selalu kami kenang dan akan selalu di hati kami Nak.

Sebagai bentuk kasih sayang mengingat Dinar ingin nama belakangnya terdapat nama saya Malpiana. Maka saya memutuskan menganti nama Dinar yang sebelumnya Alhafsy menjadi Malpiana.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk mendiang anak ku Dinar Ganika Malpiana. Lahir 5 Maret 2008/Wafat 10 April 2022.

Penulis: Galuh Malpiana
Tulisan ini tidak mewakili pandangan redaksi Chanel Banten

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *