Ilustrasi LEBAK – Bintik penolakan kehadiran PT Samudra Banten Jaya (SBJ) perusahaan tambang dan pengolahan emas di Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten sudah terjadi sejak awal perusahaan itu berdiri pada tahun 2004 silam.
Riak penolakan terus menyeruak. Gelombang aksi unjuk rasa tak terbendung dan itu masih terus terjadi pada tahun 2023 hingga 2024. Kehadiran perusahaan dianggap membawa dampak negatif terhadap kondisi lingkungan.
Dikutip dari sejumlah media online, dahsyat kerusakan lingkungan yang ditimbulkan perusahaan, diantaranya pada sektor pertanian dan juga perkebunan. Tidak hanya itu dampak negatif masifnya aktifitas tambang juga berdampak pada kerusakan infrastruktur.
Dalam aktivitasnya, perusahaan juga diduga tidak menjalankan kegiatan tambang sesuai standar operasional atau SOP sebagaimana ketentuan. Keburukan lain yang dilakukan perusahaan yaitu tidak menerapkan sistem pengolahan limbah atau Amda merujuk pada aturan yang berlaku di negara Indonesia .
Proses pembuangan limbah tambang juga tidak mengacu pada aturan yang berlaku. Proses pengolahan lmbah hasil produksi dilakukan dengan cara bar-bar. Limbah dibuang seenaknya ke aliran sungai Cidikit di daerah itu. Pembuangan limbah secara jangka panjang menyebabkan air tercemar dan tak bisa dimanfaatkan oleh warga.
Tak hanya itu, terungkap jika selama beroperasi PT SBJ bermasalah dengan persoalan dokumen perizinan yang diduga belum lengkap. Dengan demikian, perusahaan tersebut lebih banyak minusnya,
Soal sejumlah dugaan pelanggaran itu pun masuk ke proses hukum. Pada 19 Desember 2024, Pengadilan menyatakan putusan bahwa PT SBJ terbukti bersalah melakukan tindakan melawan hukum mencermari lingkungan. PT SBJ diganjar hukuman membayar uang denda sebanyak Rp 3 miliar.
Namun vonis Pengadilan nyatanya tak membuat PT SBJ jera. Pihak perusahaan kepergok masih beroperasi oleh DPRD Banten yang sidak ke lokasi, pada Selasa 8 Januari 2025.
Dalam sidak tersebut ditemukan sejumlah bukti, diantaranya puluhan drum sodium sianida, dan bak pemrosesan emas juga berisi penuh. Bahkan ditemukan pula mesh karyawan PT SBJ juga didapati masih ada yang tinggal. Termasuk beberapa pekerja Warga Negara Asing (WNA).
Tidak hanya itu, metode tambang yang diterapkan perusahaan itu juga tidak sesuai dengan standar kelayakan sebagaimana dinyatakan pihak Kementerian ESDM RI.
Meski sudah dijatuhi vonis oleh Pengadilan, namun pasak PT SBJ kadung sudah tertanam. Mereka (PT SBJ) tetap melakukan proses eksploitasi besar-besaran mengeruk mineral beupa emas seolah tak peduli mereka pernah dihukum.
Faktanya, sampai saat ini, PT SBJ diduga masih melakukan penambangan, bahkan melakukan pembukaan lahan lahan baru di Blok Cigihur Desa Ciherang.
Editor: Galuh Malpiana
Pos Terkait
Pos Terbaru
Tidak ada komentar