Oleh: Galuh Malpiana
Penulis adalah seorang jurnalis warga Kabupaten Lebak
PENGGUNA internet dunia mencapai 4,66 miliar. Salah satu platform paporit adalah media sosial dengan jumlah pengguna 4,22 miliar.
Data tersebut merupakan hasil survei yang dilakukan Hootsuite pada awal tahun 2012 melansir Merdeka.com, 2021. Baru-baru ini, CEO Meta Mark Zuckerberg menyebut bahwa era media sosial telah berakhir.
Meta dalam hal ini Facebook berevolusi, kini tak lagi sekadar tempat untuk terhubung dan berbagi dengan teman serta keluarga. Meta menyediakan platform penelusuran dan hiburan yang lebih luas.
Evolusi media sosial tak lepas dari pengaruh besar TikTok. Pengguna TikTok hingga 2024 telah mencapai 1,73 juta di urutan kelima setelah Facebook, YouTube, WhatsApp, dan Instagram.
Bahkan dari data yang dipublikasi CNBC Indonesia, pengguna TikTok di Indonesia tercatat mencapai 157,6 juta, terbanyak melebihi Amerika Serikat dan Rusia.
Evolusi dan fenomena tersebut tentu tak lepas dari kecanggihan dan kerja aktif persngkat digital. Menurut penulis, hal itu sangat memengaruhi terhadap prilaku kita? Bahkan, dalam perjalanan ke abad semakin modern ini kita seakan kian terkendali oleh algoritma dan menstigmanisasi diri dalam kotak media sosial.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), algoritma adalah prosedur sistematis untuk memecahkan masalah matematis dalam langkah-langkah terbatas. Tanpa algoritma tentunya kita tak dapat merasakan kemudahan menelusuri apa yang kita butuhkan di ruang internet.
Jejak penelusuran informasi yang kita akses dapat mudah dikenali, seakan apa mau kita sudah terpetakan secara sistematis.Di alam media sosial, algoritma juga dapat memetakan sesuai interaksinya masing-masing.
Manusia modern kini seperti sedang melepas dahaga berada di danau informasi setelah sebelumnya kehausan di gurun informasi. Setidaknya kita kini sudah masuk dalam pengaruh itu. Kita kini sedang berada di abad “narasi maya”.
Bahkan disadari atau tidak, sebenarnya kita ini sedang di buat “telanjang”. Kenapa saya berpikir demikian, karena media sosial menyediakan platform itu. Peradaban dunia bergerak maju dengan cepat, kini kita sudah disodorkan dengan kecanggihan teknologi Artificial Intelegent (AI).
Kemajuan teknologi digital terus memanjakan kita. Otak kita penuh dengan informasi, namun disisi lain kita gerak kita hendak “lumat” oleh AI. Prilaku kita jelas terpengaruh, bahkan alamat terdistorsi.
Pada akhirnya kita lah yang memutuskan, apakah kita terperangkap dan atau terkendalikan okeh kemajuan itu sendiri atau kita bisa memanfaatkan teknologi secara arip dan bijaksana. Wallahua’lam.
Tulisan ini tidak mewakili pandangan media Chanel Banten.com
Pos Terkait
Pos Terbaru
Tidak ada komentar