LEBAK – Kehidupan masa kecil Endang Komarudin sekilas tak ada bedanya dengan anak seumuran lainnya di kampung halamannya di daerah Sobang, Kabupaten Lebak, Banten.
Meski dia lahir di daerah perkotaan Tangerang, pada 1 Agustus 1982 lalu. Namun Endang lebih banyak menghabiskan massa kecil bahagiannya di perkampungan bersama keluarga.
Endang lahir dari keluarga yang terbilang sederhana. Endang kecil memiliki dua saudara kandung. Selama di desa Endang dan keluarga tak pernah menunjukan kehidupan mewah. Meski diketahui dilingkungan kampunhya itu, keluarga Endang terbilang cukup terpandang dan bukan keluarga yang hidup serba ada.
Lahir dari keluarga terpandang, lantas membentuk sosok Endang menjdi seorang pribadi yang manja atau malas. Lingkungan keluarga yang sederhana namun hangat justru menjadikannya pribadi yang tangguh dan mudah bersosialisasi. Endang juga merupakan pribadi yang mandiri. Ayahnya Madrai sehari-hari hanya mengurus hewan ternak.
Aktifitas kehidupan sehari-harinya Madrai yaitu sang ayah adalah mengurus kerbau dan ternak lainnya. Sedangkan ibunya mengurus keperluan rumah.
Setiap waktu senggang menjelang fajar, Endang kecil selalu berlatih beladiri yang diajarkan ayahnya. Bagi keluarganya khususnya bagi seorang laki-laki, keterampilan silat adalah hal wajib sebagai bentuk upaya melindungi.
“Ingat pepatah Bapak Laki-laki itu harus kuat. Makanya setiap hari saya selalu diajarkan silat sama bapak,” ucapnya.
Endang kecil jiga dikenal sangat jahil. Dia bocah yang tak betah berdiam diri berpangku tangan. Setiap hari ada saja kegiatan atau aksi permainan yang dilakukan Endang bersama teman sebangkunya.
“Waktu kecil, bapak sering ngajak adu panco. Bapak selalu mengingatkan kalau anak laki-laki itu harus kuat,” ucapnya.
Bagi keluarga itu, pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Keluarga ini dibangun semangat gorong-gorong serta kasih sayang. Karenannya kebertbatasan yang dimiliki keluarga itu tak lantas memupuskan cita-cita setiap anak di keluarga itu.
Dari beberapa anggota keluarga, Endang memang salah satu anak yang terbilang cerdas. Semangatnya untuk menempuh pendidikan formal sangat luar biasa.
Waktu berlalu, Endang yang dulu bocah kini berangaur dewasa. Dirinya menimba Ilmu di perguruan tinggi mendalami ilmu perawat. Mendalami perawatan yang ia lakukan selama bertahun-tahun tak sia-sia, karena akhirnya ia dinyatakan lulus.
Bertahun kemudian, Endang ikut dalam seleksi rekrutmen tenaga kesehatan. Hasilnua dia diterima sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) silingkungan kerja Dinkes Pemkab Lebak. Dewi Fortuna tampaknya masih mendekap Endang.
Kariernya terus merangka naik. Kemudian dia diberikan jabatan sebagai Kabid SDM, Farmasi dan POM. Lalu di era kepemimpinan Bupati Lebak Hasbi Jayabaya, Endang yang memiki pangkat penata tingkat dan Golongan Penata l/lll didapuk Pj Kelapa Dinkes.
“Ini adalah amanah yang harus saya laksanakan sebaiknya-baiknya,, walau pun jabatan ini hanya 3 bulan,” ucapnya.
Menurutnya, jabatan bukanah kekuasaan melainkan amanat yang harus dilakaanakan sebagai seorang ASN melayani masyarakat. Karenanya saya akan melakukan tugas ini dengan sungguh-sungguh dengan penuh dedikasi.
“Saya akan mensukseskan visi Lebak Ruhay dengan jangka waktu yang saya miliki,” ucapnya.
Editor: Galuh Malpiana
Tidak ada komentar