JAKARTA – Pakar neourosains, Ryu Hasan menjelaskan tentang logika mistika dalam pandangan saintifik. Menurutnya, pada dasarnya otak manusia berepolusi memang tidak ilmiah.
Pengetahuan ilmiah sendiri berkembang dalam kurun waktu 300 tahun terakhir. Sedangkan otak homosapiens berkembang selama 439.000 tahun lebih dalam kondisi tidak paham pengetahuan ilmiah.
“Jadi ya otak kita berepolusi secara tidak ilmiah. Otak kita mengedepankan sesuatu hal yang tidak ilmiah, alih-alih otak kita itu ilmiah,” kata Ryu dikutip dalam Podcast Malaka Project, pada Senin 21 April 2025.
“Ada orang ilmiah itu iya, tapi itu sebagian kecil dan tidak harus. Karena pemikiran ilmiah itu memerlukan tingkat rasionallitas atau IQ tertentu. Sulit bagi seseorang yang memiliki IQ dibawah 80 bersikap ilmiah, mengharapkan Angsa ilmiah itu susah,” ujarnya.
Sehingga, ujar dia, perlu dipahami perilaku atau sikap ilmiah itu tidak semua orang bisa melakukannya. Dalam hal ini kritikan Tan Malaka dalam masyarakatnya yang tidak rasional itu adalah karena ketidak tahuan Tan Malaka bahwa yang namanya memahami sikap rasional itu memerlukan tingkat kognitif tertentu.
“Bahwa yang disampaikan Tan Malaka dalam Madilog itu luar biasa lah. Saya sendiri baca Madilog kelas 3 SMP. Ini ada orang Indonesia, eh sorry saat itu Hindia Belanda berpikiran seperti ini, disaat pengetahuan ilmiah itu barang aneh. Tapi Tan Malaka mengkritik di mana masyarakat itu menggunakan logika mistika,” ujarnya.
“Tan Malaka tidak menyadari bahwa logika mistika selama ribuan tahun itu memberikan keuntungan evolusioner. Kalau manusia sejak awal berpikiran rasional, punah manusia itu,” ujarnya.
“Salah satunya bagaimana manusia berkembang biak punya anak, itu adalah salah satu hal yang tidak rasional sama sekali, tidak membuat orang itu happy,” ucapnya.
Bahwa yang namanya berketurunan dan mengasuh, sambung dia, itu memberikan kalori kerugian besar pada orang tuanya. “Seseorang jatuh cinta, itu benar-benar tidak rasional. Seseorang memutuskan untuk berkeluarga itu keputusan yang sangat tidak rasional. Karena kalau orang rasional orang tidak mau berkeluarga,” ujarnya.
Sehingga menurutnya, jangan dianggap sesuatu yang rasional itu bisa menguntungkan. Bahwa yang namanya rasionalotas atau berpikir secara rasional itu diperlukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan ilmiah itu, iya. Namun jika berharap semua orang berpikir rasional punah manusia ini.
“Salah satunya logika mistika rasional. Jika logika mistika itu tidak rasional, iya. Kenapa? karena manusia memerlukan jawaban itu bukan karena benar atau salah, tapi puas atau nggak itu saja.
Karena dengan jawaban yang memuaskan, manusia akan pulang itu saja,” ujarnya.
Menurutnya, manusia memang membutuhkan jawaban yang memuaskan, alih-alih jawaban yang ruwet. Sehingga jika misalnya sumber pengetahuan di era sebelum pengetahuan ilmiah itu berkembang adalah sumber-sumber pengetahuan yang tidak ilmiah, itu iya.
“Jadi kalau ada orang yang pengen nanya saya sakit kenapa? Sumber pengetahuan yang dicari itu siapa? Kepala suku, dukun ahli nuzum. Ini orang-orang yang anti bilang nggak tahu,” ucapnya.
Karenanya hal itu hingga sekarang, kebenaran atau yang namanya adalah authority bast truth, yaituyang didasarkan otoritasnya siapa yang berbicara. “Jadi jika yang ngomongnya kepala suku, pimpinan spiritual ya diiyain, meskipun ya nggak jelas. Dan itu berkembang selama 3.500 tahun,” katanya.
Jadi manusia itu, kata dia, berkembang dengan logika mistika. Karena selama 349.000 tahun otak manusia itu dipaparkan dengan logika mistika.
“Memang benar bahwa bagaimana kita memahami alam semesta dan kehidupan itu betumbuh kembang secara sains secara rasional, itu iya. Tapi dengan pengetahuan ilmiah juga kita paham bahwa yang namanya behapier manusia dalam hal logika itu memang mistis,” ucapnya.
“Bahwa mistisme yang tidak ada dan kita ada-adain ya itu iya,” ucapnya.
Editor: Galuh Malpiana
Tidak ada komentar