
Ketua Badak Banten Perjuangan, Eli Sahroni atau King Badak saat berorasi dalam sebuah aksi unjuk rasa/Chanel Banten
MENDENGAR suara klakson kendaraan saut-sautan disepanjang Jalan Sunan Kalijaga, Pasar Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten seakan jadi hal biasa.
Dari sejak dini hari hingga pagi hari, hampir sebagian besar Jalan Sunan Kalijaga penuh dengan lapak pedagang kaki lima atau PKL. Sehingga jadi wajar jika pengendara kesal membunyikan klakson karena jalanan macet.
Bahkan ironisnya, pasca beberapa waktu lalu pemerintah daerah melakukan penertiban secara besar-besaran di kawasan yang digadang-gadang steril dari PK. Namun nyatanya, hal itu kini hanya sebatas hisapan jempol.
Baca juga: Ketum BBP, Eli Sahroni: Penjahat Demokrasi di Gunung Kencana Wajib Dibikin Jera!
PKL kembali menjamur di kawasan itu. Aktivitas PKL bukan hanya terlihat saat pasar tumpah atau biasa disebut pasar subuh berlangsung, tetapi seakan kini lagi-lagi kembali “merajai” jalan Sunan Kalijaga yang seharusnya memang harus steril. Jadi, bisakah Jalan Sunan Kalijaga Steril?
Berbicara soal PKL yang mengisi ruas jalan memang tak akan pernah ada habisnya. Untuk mengatasi soal itu, pemerintah sudah mengeluarkan sejumlah cara, diantaranya dengan upaya relokasi ke pasar baru Kandang Sapi.
Apa kabar pasar Kandang Sapi?
Sekadar informasi, pasar Kandang Sapi dibangun di Kampung Narimbang Mulya. Jaraknya sekitar 3 hingga 4 Kilometer dari pasar Rangkasbitung.
Pasar itu dibangun sejak tahun. 2023 lalu dan selesai dipertengahan tahun 2024. Namun ternyata pembangunan pasar itu belum benar-benar sempurna, karena proses pembangunannya kembali dilanjutkan. Anggaran membangun pasar itu tidak main-main sekira miliaran rupiah, sumber anggarannya dari pemerintah pusat.
Hingga saat ini, belum jelas kapan pasar tersebut dioperasikan, terlebih karena memang pembangunan pasar itu kembali dilanjutkan yang kabarnya kini sudah rampung pembangunannya.
Persoalan PKL pasar subuh Jalan Sunan Kalijaga memang kompleks. Alih-alih pemerintah merelokasi ke pasar Kandang Sapi, namun kebijakan itu menuai pro dan kontra sebab sebagian pedagang tak setuju mereka direlokasi ke pasar Kandang Sapi.
Alasan para pedagang menolak untuk direlokasi tidak lain karena takut berjualan di pasar baru itu mereka bakal kehilangan para pelanggan yang sudah lama mereka dapat di pasar subuh.
Apakah setelah pasar subuh selesai dibangun dan siap dioperasikan pedagang bakal mau menempati sepenuhnya pasar itu? atau bahkan nasib pasar itu akan sama dengan pasar lainnya yang akhirnya ditinggal para pedagang?
Untuk mengatasi soal itu, tentu pemerintah harus menyiapkan formulasi khusus agar keberadaan pasar Kandang Sapi tidak mubajir.
Aktivis kembali mengkrisi
Salah satu aktivitas senior di Kabupaten Lebak, Eli Sahroni yang biasa akrab disapa “king badak” mengaku miris melihat kondisi pasar Rangkasbitung khususnya Jalan Sunan Kalijaga yang kini semrawut.
Baca juga: Menjaga Martabat Perss, Etika Jurnalis dan Kepercayaan Publik
Menurutnya, kondisi itu merupakan indikasi bahwa pihak pemangku kebijakan dalam hal ini Kepala dinas perindustrian dan perdagangan (Disperindag) tak becus mengurus persoalan tersebut.
“Saya harap, Bupati yang baru nanti bisa membereskan persoalan ini,” ujar King Badak.
Penulis/editor: Galuh Malpiana