Tangerang adalah akhir cerita dari perjalanan sang musisi sekaligus seniman Adi Prawira Atmaja atau yang biasa akrab disapa Kang Ule. Beliau wafat pada Sabtu 4 Mei 2024 di salah satu Rumah Sakit (RS) di Balaraja, Tangerang, Banten.
Kabar duka wafatnya pria yang selalu berpenampilan pashionable itu, meninggalkan duka yang mendalam, khususnya bagi keluarga dan juga para sahabat.
Baca juga: Keistimewaan Ikhlas dalam Akulturasi Psikologis
Kang Ule wafat diusia 46 tahun. Mendiang dikenal merupakan sosok yang ramah dan juga sederhana. Lingkup pergaulan mendiang cukup luas, karena mendiang merupakan sosok yang suple. Dalam bergaul, ia seakan tanpa memiliki sekat, sehingga ia dikenal dekat dengan semua kalangan baik yang tua hingga yang muda sekalipun.
Kang Ule yang saya kenal adalah sosok musisi sekaligus seniman yang sangat memegang teguh idealisme. Jiwa seninya sudah terlihat sejak mendiang remaja. Meski saya terpaut usia lumayan jauh, namun bisa dibilang sedikit mengikuti perkembangan beliau khususnya dalam berkesenian.
Diera tahun 2000an, yang saya tahu saat itu mendiang sudah turun naik panggung. Kalau nggak salah, genre musik yang mendiang bawakan underground. Musik underground di era itu memang sedang diera keemasan.
Dalam instrumen musik, beliau adalah penabuh drum. Saat itu saya sendiri juga anak band dan pemain drum pula. Hanya saja dalam bermusik, saya tidak seberpengalaman mendiang yang sudah lebih dulu naik turun panggung.
Walaupun bisa dibilang senior dalam bermusik, beliau tidak pelit ilmu. Saya banyak sharing soal trik bermain drum kepada beliau. Dalam berpakaian, mendiang juga cukup fashionnable, bahkan mediang memiliki ciri khas soal fashion.
Dewasa kini, saya lebih fokus di dunia jurnalistik sebagai penulis. Sedangkan beliau masih tetap dengan idealismenya memilih jalan musik dan berkesenian. Mendiang dikenal luas dikalangan musisi dan seniman lokal di Kota Rangkasbitung, terlebih yang saya tahu beliau juga aktif di sejumlah komunitas seni, salah satunya Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ).
Seni lukis
Tidak hanya dalam seni musik, yang saya tahu mediang Ule belakang juga aktif dalam seni melukis. Saat berbincang dengannya dalam berbagai kesepatan, sejumlah karya lukis sudah banyak ia buat di sanggar seni sekaligus tempat kediamannya.
Baca juga: Jurnal: Sahabat dan Filosofi Sepiring Nasi Goreng (Bagian 1)
Saya dan mendiang seperti satu prekwensi, karena saya sendiri juga memiliki bakat terpendam dalam seni melukis. Dalam setiap pertemuan, selain soal musik, kami juga sering menyisipkan diskusi soal seni lukis dan hal lainnya.
Dalam berkesenian, mendiang merupakan sosok yang multitalenta alias serba bisa. Salut, karena mendiang memegang teguh idealismenya dalam berkesenian hingga akhir hayat. Selamat jalan om Ule. Tempat mu di surga kawan. Karya mu melekat hingga akhir hayat dan akan menjadi kenangan yang tak pernah terlupakan.
Penulis: Galuh Malpiana
Tulisan ini tidak mewakili pandangan redaksi Chanel Banten