Yoyon Sujana Jadi Pembicaraan di UIN Banten, Bahas Soal Tantangan Islam Modern

ANGGOTA DPRD Provinsi Banten dari Fraksi Demokrat,Yoyon Sujana hadir memenuhi undangan dari aktivis Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Hasanuddin Banten sebagai narasumber membahas tentang tantangan Islam,Pancasila & Ke-Indonesiaan,Sabtu 29 Juni 2024 lalu.

Yoyon Sujana yang kini mencalonkan sebagai Bupati Pandeglang pada Pilkada serentak 2024 mendatang ini pada kesempatan itu menyampaikan beberapa pandangannya tentang Islam Modern, Pancasila dan Ke-Indonesiaan khususnya di Banten yang terkenal julukan tanah jawara dan religius tersebut.

Baca juga: Yoyon Optimis Kantongi Tiket dari Demokrat, Komunikasi Politik Intens dengan Parpol Maupun Bacabup Lain

“Ya kemarin (29/06) saya hadir memenuhi undangan temen-temen mahasiswa di UIN Sultan Hasanuddin Banten sebagai pembicara dengan tema “Tantangan Islam, Pancasila dan Ke-Indonesiaan,” ungkap Yoyon Sujana Wakil Ketua I DPD Partai Demokrat Provinsi Banten ini kepada media, Rabu 3 Juli 2024.

“Banyak pertanyaan dari para mahasiswa yang saya jawab luwes dan lugas sesuai fakta kondisi yang ada di masyarakat tentang Islam modern yang harus kita hadapi sesuai Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia yang harus kita laksanakan dengan sebaik-baiknya,” katanya.

Bakal calon bupati Pandeglang ini, menjawab berbagai pertanyaan dari para mahasiswa itu diantaranya tentang mazhab Syafe’i dan Hanafi.

“Dari pertanyaan itu, saya jelaskan bahwa keduanya baik namun tergantung kondisi, seperti halnya di tanah suci makah dan di tanah air kita (Indonesia) bahwa yang tidak baik itu ya yang tidak masuk di dua madzhab tersebut,” terangnya.

Baca juga: Sejumlah Balon Gubernur Mulai Berlomba Curi Hati Rakyat, Arief Gelar Akbar di Lebak

Anggota DPRD Provinsi Banten dari Dapil Kabupaten Pandeglang ini juga mengajakan, bahwa terkait pancasila tentu semuanya baik wajib dilaksanakan sebagai dasar dan landasan dalam kehidupan. Namun pengamalannya harus memfokuskan pada Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab, karena ini menyangkut pada moral dan keadilan rakyat bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Jadi tidak akan tereujud cita-cita kemajuan salah satu bangsa khususnya daerah apalagi negara jika rakyatnya atau manusianya tidak adil dan tidak beradab,” jelasnya.

“Karena yang pertama Ketuhanan Yang Maha Esa itu merupakan akidah yang harus dijadikan landasan untuk Hablum Minallah (Hubungi dengan Alla SWT) dan berikutnya butiran pancasila itu dilaksanakan mayoritas pada hubungan dengan alam semesta yaitu Manusia, Alam dan lingkungannya,” pungkasnya.

Reporter: Galuh Malpiana 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *