Chanel Banten, Jakarta – Di dunia agrobisnis di Indonesia, nama Arie Triyono sudah tidak asing. Ia bahkan sudah menjadi sinonim dengan inovasi dan kemajuan.
Selama ini, ia bertekad mengubah cara pandang tentang peternakan di Indonesia. Ia meyakini peternakan yang maju akan menciptakan dampak signifikan pada stabilisasi harga bahan pokok dan penciptaan lapangan kerja.
Arie saat ini telah merintis tiga lokasi usaha peternakan besar di Desa Mekarsari Ndaru, Tangerang; Mandalika, NTB; dan Kertajati, Jawa Barat.
“Cita-cita saya membangun ekosistem agribisnis berkelanjutan yang bisa memberdayakan masyarakat lokal dan berkontribusi pada ekonomi nasional,” ucap Arie dalam keterangan tertulis yang diterima media ini, Minggu 31 Desember 2023.
Di Mekarsari Ndaru, Arie mengelola peternakan yang memelihara 3.500 ekor sapi. Sementara di Mandalika, ia mengembangkan peternakan dengan populasi 5.000 ekor sapi, yang dilengkapi dengan Rumah Potong Hewan (RPH).
Terakhir, Arie sedang merintis peternakan di atas lahan seluas 117 hektar di Kertajati, Jawa Barat. Peternakan dengan populasi 50.000 ekor kambing dan domba yang akan diintegrasikan dengan taman edukasi (education park) agribisnis.
Jaringan Pabrik Pakan Ternak
Menyokong visi besar yang telah dijalankannya itu, Arie bercita-cita membangun jaringan pabrik pakan ternak sapi dan kambing/domba di setiap kabupaten sentra ternak di Indonesia. Hal ini merupakan respons atas kendala yang dihadapi para peternak akibat mahalnya harga pakan ternak konsentrat.
“Selama ini yang menjadi kendala para peternak sapi, kambing, dan domba adalah dari pakan ternak konsentrat yang mahal, harganya kerap tidak masuk akal,” jelas Arie.
Menurutnya, saat ini ia telah menemukan terobosan dalam produksi pakan ternak untuk menjawab persoalan mahalnya harga pakan ternak tersebut.
Diantaranya, telah melakukan olah racikan pakan sendiri. Hasilnya ADG (Average Daily Gain) atau pertambahan bobot harian sapi bisa mencapai 1.8 kg/hari dengan rendemen atau proporsi berat daging yang bisa dipanen dari seekor hewan ternak mencapai 58 persen.
Pencapaian tersebut, sambung dia, akan membantu terwujudnya biaya pakan ternak yang terjangkau dan pencapaian ADG secara nasional dapat mencapai 1.5 kg per hari dan rendemen daging 54 persen.
“Kuncinya adalah di produksi pakan ternak,” pungkas Arie.
Untuk merealisasikan cita-citanya ini, Arie telah menyiapkan skema Kelompok Tani Ternak Tanggung Renteng. Dengan sistem ini Arie yakin dapat mewujudkan swasembada daging nasional dalam waktu 3 tahun.
Inisiatif ini, masih menurut Arie, selaras dengan program yang digulirkan pemerintah melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang nilainya mencapai Rp. 460 Triliun. Dimana 25 persen dari total dana itu diperuntukkan bagi Kredit Petani Ternak Nasional.
“Sistem yang telah saya siapkan dengan pola Kelompok Tani Ternak Tanggung Renteng maka 1000% kredit dari KUR aman dan harapannya petani semakin makmur. Perusahaan kami, yaitu PT Lembu Setia Abadi Jaya (LSAJ) posisinya sebagai offtaker-nya,” lanjut Arie.
Kertajati Family Farm & Education Park
Mengenai usahanya di Kertajati, Arie berkata, komitmennya tidak hanya dalam menghasilkan, tapi juga dalam mengedukasi.
“Kami ingin peternakan kami menjadi tempat di mana pertanian bertemu dengan inovasi dan pendidikan,” ujarnya.
Seperti diketahui, saat ini Arie sedang membangun Kertajati Family Farm & Education Park. “Pusat Studi Pengembangan, Penelitian, dan Kajian Peternakan yang terintegrasi dengan Education Park,” ujar Arie.
Di atas areal lahan 117 hektar yang telah disiapkan, kini dibangun kandang kambing serta domba berkapasitas sebanyak 50.000 ekor. Selain itu, masih melalui PT Lembu Setia Abadi Jaya, Arie juga membangun Pusat Pelatihan Peternakan Nasional & Sertifikasi di Desa Mekarsari Ndaru, Kecamatan Jambe, Kabupaten Tangerang.
Stabilisasi Harga & Ketahanan Pangan Nasional
Inisiatif Arie dalam agribisnis tidak hanya membuka peluang ekonomi baru tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap stabilisasi harga bahan pokok di Indonesia. “Dengan meningkatkan produksi daging lokal, kami berusaha untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor, yang pada akhirnya stabilkan harga pasar,” kata Arie.
Selain fokus pada produksi, Arie Triyono juga menekankan pentingnya hilirisasi dalam bisnis peternakannya. “Kami tidak hanya berhenti di produksi hewan ternak, tetapi juga melibatkan diri dalam pengolahan lanjutan produk-produk peternakan,” ungkap Arie.
Inisiatif hilirisasi ini termasuk pengolahan daging, dan produk turunan lainnya, yang tidak hanya meningkatkan nilai tambah produk tetapi juga diversifikasi pasar dan sumber pendapatan. Tak hanya peningkatan nilai tambah, adanya hilirisasi juga akan membuka lapangan kerja di sektor peternakan yang mengurangi angka pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Dengan pengalaman luas di bidang agribisnis, Arie menerapkan pendekatan modern dan berkelanjutan dalam pengelolaan peternakan.
“Setiap tantangan adalah peluang untuk belajar dan tumbuh. Kami selalu berupaya untuk mengadopsi metode terbaru dan terbaik dalam agribisnis,” katanya.
Pencapaian Arie dalam agribisnis menandakan langkah maju bagi Indonesia dalam mencapai ketahanan pangan.
“Tujuan kami adalah untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik tetapi juga untuk memposisikan Indonesia sebagai pemain utama dalam pasar agribisnis global,” tuturnya, menandai tekadnya memajukan sektor peternakan di Indonesia.
Reporter: Galuh Malpiana