JAKARTA – Sekolah Rakyat atau SR diproyeksikan dapat menampung sebanyak 100.000 siswa, anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem di Indonesia. Kegiatan belajar mengajar di sekolah itu akan dimulai pada Juli 2025 mendatang.
Sekolah Rakyat merupakan program pendidikan gratis sebagai model pendidikan yang mampu mengangkat anak-anak untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.
Melansir Indonesia.go.id, Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengatakan, sampai saat ini, sejumlah 65 titik di Indonesia sudah siap menyelenggarakan program Sekolah Rakyat.
“Tahun ini akan dimulai untuk program Sekolah Rakyat, kemarin ada 53 titik yang sudah siap. Namun saat ini ada tambahan beberapa titik jadi total ada 65 titik,” ujar Menteri Sosial Saifullah Yusuf atau Gus Ipul melalui keterangan resmi, Senin 12 Juni 2025.
Ia menjelaskan, beberapa titik penyelenggaraan Sekolah Rakyat tengah melakukan survei gedung serta fasilitas untuk memastikan semua layak digunakan.
Selain itu, sambung dia, Dinas sosial bersama Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah sudah mulai memetakan calon guru dan kepala sekolah di Bandarlampung dan sekitarnya.
“Sekaligus kami melihat rumah calon orang tua siswa. Ini dilakukan secara simultan sambil menunggu uji kelayakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum,” katanya.
Untuk jumlah siswa, kata dia, Kementerian Sosial (Kemensos) memproyeksikan sejumlah 100.000 anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem di Tanah Air akan menjalani kegiatan belajar di Sekolah Rakyat -mulai Juli 2025.
“Semuanya sedang dipersiapkan. Mudah-mudahan pada Juli nanti, di tahun ajaran baru, kita sudah bisa membuka Sekolah Rakyat,” kata Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono, melalui keterangan resmi, usai bakti sosial operasi katarak gratis dan peluncuran KTP digital di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Kamis 29 Juni 2025.
Setiap satu titik Sekolah Rakyat (SD, SMP dan SMA/SMK) jumlah siswanya mencapai 1.000 anak. Jika pada tahun ajaran baru nanti terdapat 100 Sekolah Rakyat dibuka dengan kuota 1.000 siswa per Sekolah Rakyat, kata dia, maka akan ada 100.000 anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem yang masuk Sekolah Rakyat pada tahun 2025.
“Calon siswanya ini akan ditentukan oleh Kemensos, termasuk bekerja sama dengan pemerintah desa dan Dinas Sosial di daerah. Kami mengimbau harus dilakukan seleksi ketat dalam menentukan calon siswa Sekolah Rakyat,” kata Wamensos Agus Jabo.
Di Sekolah Rakyat, seluruh kebutuhan siswa akan ditanggung oleh negara, seperti seragam, alat sekolah, makan, dan tempat tinggal sebagai asrama. Sedangkan fasilitasnya ada sarana ibadah, sarana pendidikan, sarana olahraga, laboratorium, dan lain-lain.
Para siswa di Sekolah Rakyat nantinya, akan mendapatkan pendidikan karakter, yakni karakter untuk meningkatkan nasionalisme, keagamaan, dan sosial. Selain itu akan ada pula pelatihan keterampilan bagi siswa.
Dengan Sekolah Rakyat, diharapkan anak-anak dari keluarga miskin bisa pintar, memiliki karakter dan keterampilan, sehingga harapan memotong transmisi kemiskinan di Indonesia bisa terwujud.
Wamensos menggarisbawahi Sekolah Rakyat pada saat ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat miskin, sebab pihaknya berdasarkan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) telah melakukan asesmen yang berkenaan dengan program tersebut.
Di samping itu program pemberdayaan yang dilakukan tidak hanya berhenti di anak-anak, namun juga di keluarga melalui berbagai program, seperti Asistensi Rehabilitasi Sosial (Atensi), Program Keluarga Harapan (PKH), dan lain sebagainya.
“Jadi, dari bantuan sosial yang pasif, sekarang kita mau ubah itu menjadi bantuan sosial yang aktif, bentuknya intervensi, (seperti) bantuan pemberdayaan usaha begitu,” ucap Wamensos Agus Jabo Priyono., Sabtu (24/5/2025).
Oleh karena itu Wamensos mengajak kepada seluruh kementerian/lembaga untuk berkolaborasi dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sebab bukan hanya Kementerian Sosial (Kemensos) saja yang memberikan bantuan sosial, namun juga berbagai kementerian/lembaga lain sesuai porsinya masing-masing.
Editor: Galuh Malpiana
Tidak ada komentar