Mendekontruksi Kebijakan Pasar PKL Hingga Pasar Subuh Ladang Oknum Cari Untung
Galuh Malpiana
Penulis adalah jurnalis warga Kabupaten Lebak, menjabat Ketua Aliansi Jurnalis Lebak.
SUDAH sejauh mana progres proyek pembangunan pasar Kandang Sapi? Pedagang Kaki Lima (PKL) memang mau di relokasi kesana? Pertanyaan publik semacam itu sangatlah wajar terlontar.
Kenapa demikian? Karena publik bisa jadi merasa pesimis pasar Kandang Sapi jadi solusi. Mengingat lokasi pasar tidak cukup strategis.
Rasa pesimis publik bukan tidak ada alasan. Karena hingga kini pasar yang digadang-gadang sebuah solusi tak kunjung digunakan. Itu karena memang proyeknya seperti ‘undur-undur’ alias tertunda-tunda.
Pembangunan dilaksanakan 3 (tiga) tahap. Sekarang ini sudah pengerjaannya tahap tiga dan kabarnya sudah selesai. Namun hingga kini pasar belum juga digunakan.
Apa kendalanya pasar yang katanya sebagai sentra PKL itu tak kunjung digunakan. Apa karena proses relokasi PKL yang sulit, mengingat sebelumnya para PKL menolak untuk di relokasi ke pasar tersebut.
Pasar subuh
Hingga saat ini, para PKL calon penghuni pasar Kandang Sapi masih betah menempati pasar subuh (sebutan PKL yang menempati jalan Sunan Kalijaga). Pasar subuh bak surga bagi mereka karena area itu bisa dibilang merupakan jalur sutra.
Jumlah PKL yang ngelapak di pasar subuh mencapai ratusan bahkan bisa jadi lebih. Sejak dini hari hingga menjelang pagi badan jalan Sunan Kalijaga beralih fungsi jadi pasar tumpah. Kondisi itu sudah jadi membuat arus lalu lintas macet.
Meski begitu, namun sayangnya dinas terkait tidak bertindak, malah terkesan pasar subuh ‘halal’ ditempati PKL. Itu karena, jangan-jangan ada setoran ke oknum pejabat dinas?.
Bahkan, rumor yang berkembang selama pasar subuh ada, banyak oknum yang cari untung disana (pasar subuh) dari jual beli lapak hingga jatah-jatah lainnya. Jika pedagang di pasar itu ditarik retribusi, apa itu legal?. Jika ilegal itu jelas melanggar hukum.
Penulis berharap persoalan tata kelola PKL bisa diselesaikan. Dalam setiap kebijakan pemerintah tentu harus matang dengan melibatkan semuah pihak, khususnya yang benar-benar memiliki kompetensi dalam hal tata kelola pasar. Dengan demikian, persoalan semacam ini bisa diselesaikan.
Diakhir kata, penulis berharap semoga Kabupaten Lebak semakin maju dan berkembang. Salam literasi.*
Pos Terkait
Pos Terbaru
Tidak ada komentar