Chanel Banten – Kebijakan Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Rangkasbitung, menuai kritik dari aktifitas pemerhati pendidikan. Kebijakan sekolah dianggap tak berpihak kepada kepentingan siswa didik. Sebab kebijakan tangan besi itu, tentu memberatkan siswa dan wali murid.
Baca juga: KPU Lebak: Dokumen Administrasi 3 Paslonbup Lebak sudah Penuhi Syarat
Menurut sumber kepada media ini. Ia, menceritakan, kebijakan kepsek dari sisi manajemen pengelolaan dana anggaran Biaya Operasional Sekolah (BOS) terlihat seperti ada intervensi dari kelompok tertentu yang mendapatkan kewenangan penuh. Sementara kelompok hanya diadikan penonton.
“Selama menjalankan kebijakannya, Kepsek juga dinilai kolusi, sebab semua kebijakan dipercayakan kepada guru yang merupakan istrinya sendiri. Padahal, banyak guru yang memimpin,” ujarnya.
Dalam menjalankan kebijakan disekolah, guru tersebut dinilai lebih memprioritaskan guru itu yang notabene adalah istinya. Artinya ini ada unsur kolusi.
“Ya, dalam setiap kebijakan Pak Guru tak pernah melibatkan perangkat guru yang ada di sekolah,” ujar sumber saat wawancara dengan media ini, Senin 16 September 2024.
Seharusnya, kata dia, Kepala sekolah sebagai puncuk pimpinan yang memiliki kendali dalam sebuah kebijakan bisa bersikap profesional. Apalagi terhadap para siswa harus melihat aspek sosial dan juga humanis.
“Jadi ini Kepsek sekolah diatur sama Istri. Apa jangan-jangan Pak Kepsek ini takut istri atau susis. Padahal kan jika dilingkungan sekolah harus profesional,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Aktivis di Lebak Barisan Rakyat Lawan Korupsi Nusantara, Hasan Basri menilai, kebijakan Kepsek sudah melebihi batas atau abuse of power. Apalagi dalam setiap kebijakan Kepsek diduga selalu di intervensi atau diatur istrinya yang tak lain adalah gurunya.
“Memang jika mengacu pada aturan. Sah-sah saja Aparatur Sipil Negara (ASN) bekerja di satu satker yang sama bersatus suami istri. Namun saya kira itu bisa mempengaruhi independen dan profesionalme dalam bekerja,” ucapnya.
Kotak pengumpul uangParahnya lagi pihak sekolah mengeluarkan kebijakan menyediakan semacam kotak untuk diisi dengan uang bagi. Alasannya, kutipan uang tersebut untuk partisipasi pemeliharaan buku
Di sekolah ini, sudah banyak kasus yang mencuat, salah satunya perundungan atau Biliying pada waktu siswi melaksanakan pelatihan pada salah satu kegiatan. Kasus itu sempat viral dimedia sosial.
Baca juga: Arus Bawah Ingin Junaedi jadi Ketua DPRD Lebak, Bukan Juwita
Bahkan kasus lain tak kapan bikin heboh, ada kejadian seorang siswa yang mengancam akan mencalakai seorang guru. Sayang kasus itu tidak tidak ada tindak lanjut dari pihak dinas pendidikan.
Sementara hingga berita ini ditulis, wartawan masih terus berupaya meminta konfirmasi kepada pihak Kepala sekolah.
Reporter: Riko l Editor: Galuh Malpiana