OPINI: Tantangan dan Solusi untuk Lingkungan Pendidikan yang Aman

KEKERASAN di sekolah merupakan salah satu isu serius yang harus mendapatkan perhatian lebih dari semua pihak terkait, baik itu pihak sekolah, pemerintah, maupun masyarakat luas. Kekerasan dalam konteks ini tidak hanya mencakup tindakan fisik seperti perundungan (bullying) atau pemukulan, tetapi juga kekerasan psikologis, seperti intimidasi verbal atau tekanan emosional yang dapat memberikan dampak buruk pada perkembangan mental dan sosial siswa. 

Meskipun berbagai upaya untuk mengatasi kekerasan di sekolah telah dilakukan, tetapi regulasi dan implementasinya masih sering menghadapi tantangan besar.

Realitas Kekerasan di Sekolah Kita

Data dari beberapa lembaga pendidikan menunjukkan bahwa kekerasan di sekolah, baik yang bersifat fisik maupun non-fisik, masih menjadi masalah yang signifikan. 

Menurut survei dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), hampir 50% siswa pernah mengalami kekerasan di sekolah, baik dalam bentuk bullying, pelecehan, atau kekerasan fisik lainnya. Kekerasan ini berdampak pada psikologis dan fisik siswa, dan sering kali mengarah pada penurunan prestasi akademik, gangguan mental, dan bahkan masalah sosial di masa depan.

Regulasi yang ada di Indonesia, regulasi mengenai kekerasan di sekolah telah diatur dalam berbagai peraturan dan undang-undang. Salah satunya adalah Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, yang menekankan bahwa anak berhak mendapatkan perlindungan dari segala bentuk kekerasan, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. 

Selain itu, ada pula Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) yang mengatur mengenai Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan di Satuan Pendidikan.

Namun, meskipun regulasi ini ada, tantangan utama yang dihadapi adalah implementasi yang tidak selalu konsisten di setiap sekolah. Beberapa sekolah masih kurang memiliki mekanisme yang jelas untuk menangani kekerasan yang terjadi, atau bahkan ada yang tidak memiliki kebijakan pencegahan yang memadai. 

Selain itu, kurangnya pelatihan untuk guru dan staf sekolah mengenai cara mengidentifikasi dan menangani kekerasan sering kali memperburuk keadaan.

Tantangan dalam Penegakan Regulasi

Salah satu tantangan terbesar dalam penegakan regulasi kekerasan di sekolah adalah stigma dan budaya yang terbentuk di kalangan siswa dan guru. Di banyak sekolah, tindakan kekerasan seperti bullying sering dianggap sebagai bagian dari dinamika kehidupan sekolah dan dianggap “wajar” atau “normal”. Sikap ini harus diubah, dan masyarakat sekolah harus diajarkan bahwa kekerasan, dalam bentuk apapun, tidak dapat diterima.

Selain itu, kurangnya peran aktif orang tua dalam mendukung upaya pencegahan kekerasan di sekolah juga menjadi hambatan. Banyak orang tua yang tidak cukup memahami betapa pentingnya peran mereka dalam menciptakan lingkungan yang aman bagi anak-anak mereka di sekolah.

Oleh karena itu, perlu ada kolaborasi yang lebih kuat antara pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam menciptakan kebijakan yang holistik untuk mengatasi masalah kekerasan ini.

Solusi dan Langkah Strategis ke Depan

Untuk menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari kekerasan, ada beberapa langkah yang bisa diambil, baik oleh pihak sekolah, pemerintah, maupun masyarakat.

Peningkatan Pelatihan untuk Guru dan Staf Sekolah

Guru dan staf sekolah perlu dilatih secara intensif mengenai bagaimana mengenali tanda-tanda kekerasan, baik fisik maupun psikologis, yang dialami oleh siswa. Selain itu, mereka juga harus diberikan keterampilan dalam mengatasi situasi kekerasan yang terjadi di sekolah, serta mengetahui cara untuk memberikan dukungan kepada korban kekerasan.

Membentuk Kebijakan yang Tegas dan Transparan

Setiap sekolah harus memiliki kebijakan yang jelas mengenai penanganan kekerasan, termasuk prosedur untuk melaporkan dan menangani kasus kekerasan. Kebijakan ini harus ditegakkan dengan tegas dan transparan, dengan memberikan sanksi yang sesuai bagi pelaku kekerasan dan memberikan perlindungan bagi korban.

Pendidikan Karakter dan Empati Sejak Dini

Pendidikan karakter yang mengajarkan nilai-nilai seperti empati, toleransi, dan pengendalian diri harus menjadi bagian integral dari kurikulum di sekolah. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya kekerasan dan membentuk generasi yang lebih peduli terhadap sesama.

Peran Aktif Orang Tua dan Masyarakat

Orang tua harus lebih terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka, tidak hanya dalam hal akademik, tetapi juga dalam pembentukan karakter dan pemahaman tentang kekerasan. 

Komunikasi yang terbuka antara orang tua dan pihak sekolah juga sangat penting untuk mencegah kekerasan di lingkungan pendidikan.

Teknologi dan Platform Pelaporan Kekerasan

Penggunaan teknologi dapat dimanfaatkan untuk mempermudah siswa dalam melaporkan kasus kekerasan tanpa takut akan adanya pembalasan. Platform pelaporan yang aman dan anonim dapat menjadi solusi untuk mencegah terjadinya kekerasan lebih lanjut.

Regulasi mengenai kekerasan di sekolah memang sudah ada, tetapi tantangan terbesar adalah implementasi dan kesadaran yang harus dimiliki oleh seluruh elemen yang terlibat dalam pendidikan. Untuk itu, upaya yang lebih terintegrasi dan menyeluruh antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat sangat penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan nyaman bagi semua siswa. 

Pendidikan bukan hanya soal akademik, tetapi juga tentang menciptakan generasi yang bebas dari kekerasan dan penuh empati terhadap sesama.

Oleh : H. Lukman Hakim, S.Pd., M.I.Kom.
Koordinator Tim TPPK SMAN 6 Kab. Tangerang-Banten, Penyuluh Antikorupsi ForPAK Banten, PAKSI Kabupaten Tangerang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *